Penulis
akan mengilustrasikan sebuah makna hidup dari
sebuah cerita tentang seorang ibu yang berbelanja di Pasar.
Pernahkah
ibunda anda atau mungkin anda sendiri berbelanja di pasar. Mungkin barangkali
ini menjad sesuatu hal yang biasa. Lalu apa istimewa dari peristiwa itu. Coba perhatikan
dan bayangkan kebanyakan ibu akan beberapa kali keluar masuk ke pedagang sayur
dan kira-kira apa yang di cari kenapa tidak langsung membeli saja di tempat
yang pertama kali di masuki.
MAKA
Jawabannya
sangat simple yakni ibu menginginkan hal yang terbaik yang ingin di sajikan kepada
suami dan anak-anaknya. Baik itu terbaik dari kualitas sayur atau juga terbaik
dari kualitas harga dan kuantitas yang di dapat. Bayangkan ibu harus memilih
bahkan membongkar sampai kebawah untuk menentukan sayur mana yang akan di beli bahkan
harus menawar dengan harga yang serendah mungkin bahkan mungkin harus bergegas
terlebih dahulu ke pedagang yang lain untuk membandingkan harga dan yah itulah
seorang ibu.
Makna
apa yang terpatri dalam cerita ibu dan membeli sayur tersebut ?
So
simple : HIDUP ADALAH SEBUAH PILIHAN
Pilihan
hendak menjadi apa anda di masa depan, pilihan hendak bagaimana karir anda di
masa depan. Terlepas dari ketetapan yang telah di tulis oleh Allah terkait
dengan kehidupan kita namun tugas manusia adalah selalu berusaha untuk menjadi lebih
baik.
Bukankah
allah dalam Al-Qur’an menjelaskan “Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah nasip suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa-apa yang pada diri mereka” (Ar-Ra’d : 11).
Kembali
kepada hidup adalah sebuah pilihan tadi.
Penulis
ingin bercerita tentang the miracle of hidup sebuah pilihan.
Di
tahun 2015 yang lalu penulis di hadapkan pada sebuah pilihan yang barangkali
bagi sebagian anak muda di usianya akan memilih pilihan yang realistis.
Ceritanya
adalah saat itu penulis berhasil bergabung ke dalam sebuah organisasi anak muda
yang focus dalam pembinaan masyarakat di bawah sebuah Yayasan dimana Yayansan
ini merupakan penggerak dana CSR perusahaan-perusahaan yang ada dalam Satu Group
Yayasan tersebut. Sederahanya Yayasan ini bukan Yayasan main-main dalam hal pengelolaan
dan pendanaan.
Singkat
cerita setelah beberapa bulan penulis bergabung dengan Organisasi di bawah naungan
Yayasan tersebut terlebih memang setiap bulan kami dapatkan beasiswa sebagai apresiasi
kehadiran dan kinerja kami di dalamnya. Singkat cerita suatu ketika Yayasan
tersebut berencana untuk mengelola kelompok kami dengan lebih rapi dan baik
tentunya dengan ingin secara professional memperkerjakan kami dan di berikan
gajih setiap bulan sehingga tanggungjawabpun tidak main-main. Yayasanpun tidak
ingin orang sembarangan yang masuk dalam pekrjaan tersebut walaupun notabennya pekerjaan
paruh waktu yang tidak sangat mengikat waktu karena memang kami semua waktu itu
adalah seorang mahasiswa. Akhirnya kami di minta untuk mengisi formulir untuk
kesediaan bagi yang mau saja dari kami dan termasuk saya adalah orang yang
memilih untuk ikut serta seleksi untuk mendapatkan pekerjaan paruh waktu
tersebut Degnan gajih Rp . 1.000.000,00 di awal (pemikiran anak muda yang realistis).
Akhirnya
tibalah giliran penulis melakukan sesi wawancara dan kalo boleh saya sebutkan
sosok orang yang dimana saya kagumi kepintarannya yakni pak Zulfikar Alimuddin
beliau adalah founder “The New You
Institute” “semoga beliau selalu diberikan kesehatan untuk membangun anak
muda Indonesia guna mempersiapkannya menjadi pemimpin bangsa.
Dalam
suasana wawancara seperti biasa halnya sesi wawancara di minta memberikan biodata
dan visi misi terkait dengan gagasan Yayasan dari perspektif penulis. Semua berjalan
sebagaimana mestinya, sampai suatu ketika penulis mengutarakan sesuatu bahwasanya
penulis di tahun 2015 akan mencalonkan diri sebagai ketua BEM di Almamater penulis
maka di sanalah situasi wawancara berubah dari yang tadi santai menjadi mendadak
diam dan muncul lah pertanyaan dari pak Zul untuk penulis harus memilih yakni memilih
tetap mencalonkan diri atau tetap berada dalam lingkaran Yayasan tersebut
karena tidak mungkin seandainya dengan kesibukan tanggungjawab nantinya sebagai
ketua BEM dapat membagi waktu dengan pekerjaan di Yayasan. Ketika penulis di
minta untuk memilih sontak penulis mengatakan saya minta waktu untuk menjawab
ini dan tidak bisa menjawab saat itu juga karena keinginan penulis untuk bersaing
dalam pencalonan sangat besar dan memang sudah menjadi niatan sekaligus keinginan
sebagai sebuah pembuktian terhadap orang sekitar. Akhirnya setelah pertanyaan itu
selesailah waktu wawancara tersebut. Singkat cerita penulis berjanji memberitahu
jawabanya via telephone dan juga memang kehendak pak zul waktu itu untuk di
beri jawaban terkahir keesokan hari tepatnya sore hari.
Penulis
terus berifikir di satu sisi penulis harus realistis jika berhasil bergabung
masa depan penulis akan berpeluang baik ketika menyelesaikan masa studi karena
besar kemungkinan akan di Tarik secara professional di Yayasan tersebut namun
di satu sisi keingininan penulis untuk berbuat terhadap almamter tidak bisa di bendung
lagi ketika itu.
Tepat
ba’da Isha di hari itu juga penulis menentukan pilihan dan menelpon pak Zul dan
mengatakan saya memilih untuk mencalonkan diri sebgai ketua BEM tentu dengan
resiko akan tidak bisa bergabung dengan Yayasan tersebut kecuali hanyasebagai
volounter, dan pak Zul pun menerima keputusan tersebut.
Dan
akhirnya setelah penulis renungkan selama proses pilihan tersebut rasanya ini
adalah pilihan yang tepat bahkan sangat-sangat tepat walau harus mengorbankan dan
mengalahkan salah satunya. Karena penulis di terima oleh Mahasiswa dan di amanahkan
menjad ketu BEM dan sedikit banyak dapat bermanfaat terhadap Masyarakat Kampus
dan juga Almamater. Kenapa penuls katakana pilihan tepat karena dengan pilihan
tersebut penulis mampu menorehkan visi misi kehidupan penulis hingga saat ini. Dan
jika di Tarik dari tulisan sebelumnya bahwa ada hal yang lebih dari sekedar
uang dalam hidup ini.
Sahabat,
terkadang ketika kita diberikan sebuah pilihan kita kebingungan dalam memilih
yang mana harus kita pilih yang barangkali harus mengorabankan salah satunya
dan kita tidak mengingkan hal tersebut. Maka penulis hanya berpesan pilihlah pilihan
yang tepat yang bisa membuka peluang kita untuk memberikan kebermanfaatan lebih
banyak kepada lingkugan sekitar karena “HIDUP
ADALAH SEBUAH PILIHAN”
@el_mas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar