ANTARA MAHASISWAKU DAN MASA DEPANKU



Jika kau ingin menjadi seorang yang expert di bidangmu maka lakukanlah 2 hal yakni budaya belajar dan juga jam terbang. Pernahkah anda berfikir bagaimana seorang Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo menjadi Icon pesepakbola dunia dalam 1 dekade terakhir yang secara bergantian meraih gelar pemain terbaik dunia. Seperti yang di Langsir oleh salah satu laman bahwa Sir Alex Ferguson berkata bahwa Ronaldo selalu menambah porsi latihannya di luar jadwal latihan rutin kala itu dan itulah yang dinamakan JAM TERBANG. Atau mungkin pernahkah anda berfikir kenapa Bung Karno dan Bung Hatta Sang proklamator masih memiliki basis massa yang masif hingga era millenial saat ini. Itu karena buah pikiran mereka yang sangat luas yang tak termakan oleh zaman bahkan Konsep Koperasi yang di gagas oleh Bung Hatta hingga saat ini masih menjadi sebuah kebutuhan masyarakat. Apakah begitu saja Bung Hatta mencetuskan Konsep Koperasi tersebut, tentu tidak. Beliau yang alumni Negeri Belanda sangat senang menjelajah dunia melalui buku, bahkan salah satu Quote beliau yang terkenal adalah “Aku rela di Penjara asalkan dengan buku, karena dengan buku aku bebas”. Maka inilah ypang disebuat dengan BUDAYA BELAJAR.

Dalam era millenial saat ini dimana Gadget telah menyerang fikiran dan otak kita telebih adalah generasi Z dan Generasi Alpha, sehingga 2 hal tersebut menjadi aneh. Semakin aneh di tambah dengan konsep pendidikan yang mengedepankan akan nilai dan Angka sehingga seolah-olah di luar daripada itu bukan menjadi sesuatu yang tidak penting-penting amat. Kita terlalu sangat-sangat khawatir ketika nilai kita tidak melebihi angka standart. Bukan berarti penulis mengatakan bahwa hal demikian itu tidak penting, namun ada hal penting lain untuk di barengi sehingga angka dan nilai tersebut bukan hanya sebagai tulisan komputer tanpa arti.
Kita terlalu di sibukkan dengan mindset kalo angka KHS kita tidak bernilai A Minimal B maka kita akan di Cap sebagai mahasiswa yang tidak pintar bahkan muncul sebuah statement jika mahasiswa sudah nilanya tidak baik dan aktif pula di Organisasi maka di Cap sebagai mahasiswa yang bermasalah. Apakah hal tersebut lumrah, di satu sisi lumrah, namun di sisi lain itu menjadi sebuah pertanyaan bersama. Kenapa mahasiswa sampai mendapat nilai sedemikian rupa ? apakah semua masalah alasan di bebankan kepada mahasiswa ? atau pernah kita introspeksi tentang deep understanding yang telah di berikan kepada mereka ?
Jadi jangan heran jika saat ini jarang sekali rekan-rekan mahasiswa yang mengaktifkan diri dalam dunia sosial organisasi kemahasiswaan. Karena di satu sisi berorganisasi tidak lagi menjadi sebuah kebanggaan mereka ketika duduk bersama dengan yang tidak berorganisasi, mereka menganggap berorganisasi atau tidak berorganisasi tidak memberikan dampak yang signifikan dalam midset kehidupannya. Apalagi tidak ada pengapresiasian yang dari pihak otoritas terkait baik itu dari pengelola akademik ataupun dari birokrasi kampus yang lain. Malah mereka yang di anggap tidak memiliki nilai yang baik dalam angka KHS namun aktif berorganisasi di anggap itulah sebagai penghambatnya dalam menempuh studi.
Teringat kalimat yang di utarakan Ketua BEM IPB Qudsy Ainul Fawaid dalam acara Mata Najwa yang secara umum mengatakan “kuliiah tidak tepat waktu menjadi sesuatu yang aneh saat ini” karean sistem sudah menjerat seperti halnya demikian. Apakah dengan peduli dengan sosial akan menghambat anda untuk mampu bersaing juga dengan rekan-rekan kita yang lain dimana angka dan nilai menjadi perebutan di dalam ruang hampa dinding tanpa kebebasan, maka dengan tegas itu salah. Bagi penulis dengan aktif di Organisasi seyogyanya membuat anda memiliki mental kreatif dan inovatif yang anda mampu bawa ke dalam dinding kelas yang minim kebebasan. Banyak sekali bukti aktivist sukses di akademik dan lebih sukses juga dalam berkegiatan kemahasiswaan karena mereka memiliki modal yang lain yang tidak semua orang miliki. Di antara yang penulis pernah rasakan adalah mentality statement, Driving mentality, Creativity, jaringan pertemanan, berfikir cepat dan tepat, dan lain sebagainya. Dan itu semua di butuhkan ketika kita masih mahasiswa, karena apa ? secara umum ruang dialog di kelas membutuhkan itu dan sayangnya ketika sistem di bangun untuk memperbanyak diskusi kelas, tapi membangun mental diskusi masih belum di ajarkan dalam sistem yang kita anut saat ini.

Sahabat, hidup ini sebuah pilihan. Terkadang pilihan di terbuka hanya satu kali dan itu satu-satunya kesempatan untuk kita rebut. Maka ANTARA MASA MAHASISWAKU DAN MASA DEPANKU sudah ku ukir di jalan itu, tinggal anda mengukir di jalan yang sama mumpung penyesalan belum hinggap ke dalam jiwa anda.

Banjarmasin 21 Februari 2018

@el_mas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@templatesyard