NURHADI – ALDO BUKAN KALENG - KALENG

Sekitar 2 pekan terakhir dunia media social di Indonesia menyajikan berita – berita yang sangat menjual dari yang paling seru adalah akuisisi PT. Freeport yang menjadi perdebatan yang tidak membuat sinaps otak tersambung karena hanay mengargumenkan emosi sampai dengan prostitusi online yang melibatkan public figure di jagad Indonesia.
Namun dalam berbagai berita – berita tersebut, terutama berita politik yang terus muncul tanpa henti, muncul tanpa edukasi bahkan cenderung berita yang membuat dungu, terdapat berita diluar itu dengan kemunculan calon alternative presiden dan Wakil Presiden pada pemilu 2019 versi NITIJEN. Dimana kemunculan mereka tidak tergerus oleh berita – berita lain walau sudah beberapa pekan menghiasai dunia maya di Indonesia. Lalu pertanyaannya apakah fenomena munculnya calon alternative ini hanya sebuah kebetulan di tengah karakteristik nitizen Indonesia yang tidak bisa kagetan. Penulis rasa itu terlalu sederhana melihatnya…………………………………
Dalam beberapa laman berita yang beredar fenomene Nurhadi Aldo muncul sektar 2 pekan lalu, yang di inisiasi oleh SEKITAR 8 anak muda diberbagai Kota dimana tidak disebutkan identitasnya mengkampanyekan kedua pasangan calon fiktif ini, dan ternyata ide dan gagasan ini mendapatkan respons yang sangat luar biasa dari media social, foto dan meme Nurhadi – Aldo di bagikan berulang kali oleh nitizen. Bahkan mungkin, Nurhadi sendiri tidak pernah menyangka akan menjadi sebuah fenomena yang menjadi trending topik foto dari seorang yang berprofesi sebagai tukang pijit di Kudus ini. Jika kita telusuri di Media Sosial Instagram saja sudah terdapat account yang mengelola di berbagai daaerah persis semacam akun-akun relawan dalam dunia perpolitikan bahkan followersnya melebihi dari 2 petaraung pilpres di 2019 di akun resmi mereka.
Kembali lagi kepada pertanyaan awal, apakah ini hanya sekedar guyonan semata ? sepertinya tidak! nitizen bereaksi karena semua sudah bosan dengan gaya yang sajikan oleh semua candidate, apakah itu capres cawapres, caleg, ataupun calon senator, rasanya minim gagasan yang disajikan kepada public, kalaupun ada gagasan ketika turun ke dapil rasanya sekedar wacana diplomatis semata. Public disajikan hal hal yang tidak mencerdaskan, bahkan cenderung membuat hilang nalar berfikir secara sehat.
Menurut Muhammad Hatta  dalam bukuinya Demokrasi Kita, Di Negara demokrasi rakyat adalah penguasa dalam konteks  menentukan kepemimpinan negara. Bahkan menurut beliau Indonesia seharusnya memiliki system demokrasi yang lebih sempurna dibandingkan negara barat. Menurutnya dalam demokrasi Indonesia, Negeri ini memiliki genetic demorasi ekonomi selain juga memili demokrasi politik. Apa dasarnya ? Yaitu mengambil keputusan secara musyawarah mufakat itulah dasar dari demorasi politik sedangklan genetic tolong mrnolong dan gotong royong merupakan genetic  dari demokrasi Ekonomi Indonesia.
Apa makna dari gagasan Bung Hatta tersebut yang di kaitkan denga kehadiran Nurhadi – Aldo ? elit politik hari ini hanya memposisikan Masyarakat hanya sekedar demokrasi politik semata atau dalam kata lain masyarakat hanya sekedar subjek penentu kemenangan melanggeng ke senayan ataupun ke Istana. Apa buktinya ? bukti bahwa elit politik hanya sibuk saling serang subjek bukan saling serang, menguatkan gagasan membangun bangsa terutama membangun ekonomi yang di butuhkan sekarang bahkan hanya untuk menyampaikan visi misi saja negeri ini harus berdebat siapa yang harus menyampaikan, dan hal itu sangat-sangat aneh. Siapa sebenarmnya yang harus menyampaikan ? silahkan anda menentukan sendiri dalam hati anda ?
Masyarakat ingin adanya gagasan ekonomi untuk memperbaiki kehidupan mereka. sederhananya kenapa money politik seolah menjadi sesuatu yang biasa bahkan fikiran dalam konteks diluar akal sehat, bahwa itu bukan sesuatu yang melanggar hokum. Money politik terjadi karena permasalahan ekonomi masyarakat yang sudah sangat lama terjadi dan cenderung psimis ada perbaikan. Jika kita pinjam istilah Alm. KH. Zainuddin MZ dalam analoginya tentang penajaga pintu rel kereta yang keterlaluan ketika menutup pintu rel, dimana di tengah terik matahari yang menyengat dia tutup pi9ntu rel kereta dengan antrian motor, sepeda, ibu-ibu, bapak-bapak yang berpanasan menunggu untuk lewat eh nyatanya yang lewat hanya sekedar lokomotif kereta semata. Penantian mereka seolah sia sia berjam-jam menunggu berpanasan eh yang lewat hanya lokomotif. Sama seperti masyarakat mereka sudah bosan dengan gagasan sekelas lokomotif yang arti lain elit politik hanya berfikir kepentingan golongan semata.
Kebosanan sajian itulah yang membuat nitizen bereaksi massif terhadap kehadiran Nurhadi – Aldo, yang mereka sadar bahwa mereka adalah fiktif. Namun karena kebosanan terhadap politik minim gagasan yang hanya mengedepankan saling serang subjektif itulah yang membuat NURHADI ALDO BUKAN KALENG – KALENG massive.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@templatesyard