55 tahun IMM, setelahnya kader mau dikemanakan

Usia Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah mencapai Usia ke 55 Tahun, jika kita samakan usia IMM dengan usia Pensiun PNS, maka seyogyanya dalam 10 Tahun lagi IMM akan Pensiun. Tapi itu tidak mungkin IMM akan selalu bertambah Usianya sampai kapanpun.

Seperti analogy di atas, seandainya IMM adalah seorang PNS, biasanya menjelang pensiun PNS sedang berfikir keras tentang apa yang akan dilakukan setelahnya Pensiun nanti, maka saya analogikan sosok yanh sedang berfikir keras untuk mengerjakan apa setelah Pensiun tadi adalah Kader Kader IMM. Pertanyaan Ini yang menjadi perenungan terbesar saya dalam 2 hari menjelang tepat tanggal 14 Maret di hari dimana IMM di deklarasi atau di lahirkan. 

Sering kita mendengar mendengar di berbagai forum, bahwa kader IMM harus menjadi seorang kader yabg kelak harus mampu berkiprah di berbagai lini kehidupan, dimana kader IMM kelak dapat menjadi kader bangsa, kader umat, dan kader persyarikatan. Saya sepakat dengan itu, tapi pertanyaannya saat ini apakah kita telah mulai menyiapkan kader ke ranah 3 aspek besar itu. Dalam konteks posisi saya saat ini rasanya, saya sebagai orang yang lebih dulu ber IMM dari beberapa kader lain, merasa belum mengarahkannya kesana. Akhirnya dengan ketidaksiapan IMM mempersiapkan kader yang siap mengisi 3 aspek yang saya sebutkan tadi, maka disanalah terjadi kekagalauan kader untuk berbuat apa setelah selesai S1. 

Kedepan seharusnya IMM di usia ke 55 tahun khususnya di kota Banjarmasin dimana saya menemukan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, berfokus kepada Upaya pencerdasan kader, upaya membukakan ruang karir kepada kader umtuk bagaimana kader kedepannya, serta membangun sistem perkaderan yang bersifat berkelanjutan. Bagaimana Upaya pencerdasan kader  yang dapat dilakukan untuk menunjang persiapan distribusi kader ? Hal itu dapat dilakukan dengan terus membuka forum forum rutin, sudah cukup IMM terutama di Banjarmasin membuat kegiatan yang bersifat ceremonial semata yang tidak jelas impact yang berkelanjutan. Forum rutin yang dibuat semacam kelas pekanan, serta sudah tersusun pula rencana pembelajaran yang jelas yang berakar dari 3 komponen disteibusi kader nantinya. Dari forum itulah nantinya upaya pencerdasan kader akan berhasil selain daripada kader sendiri yang mencerdaskan dirinya. 

Selanjutnya selain upaya pencerdasan kader yang harus dilakukan adalah bagaimana IMM membuka ruang karir kepada kader IMM, jangan sampai setelah pencerdasan telah massive di laksanakan tetapi ruang karir tidak di buka, maka kader IMM akan seperti pemain sepakbola yang latihan setiap hari dan sangat bagus taktik permainan dan manajerial tapi tidak pernah ikut kompetisi, maka hasil latihan tidak akan pernah di akui oleh orang lain. Dari analogi itu, maka IMM terutama senior-senior IMM seyogyanya harus sudah menyiapkan tempat mereka untuk berakarir, sebagai contoh kader yang ingin menjadi seorang akademisi, maka pasti harus melanjutkan S2 dan dirasa memang layak kader tersebut, maka sudah harus ada peluang yang dibuka untuk menyambut keinginan tersebut atau dalam kalimat sederhana celah beasiswa mana yang bisa dimasuki olehny. Contoh lain jika kader ingin terjun dalam politik kebangsaan maka sudah harus ada melalui mana dia akan berjalan mengarungi dan mengambil posisi publict nanti. Dan yang paling utama dari dari kedua hal itu adalah perkaderan yang bersiafat berkelanjutan. Itulah point penting untuk mewujudkan ditribusi kader yang Militan, cerdas, dan memiliki loyalitas. Sehingga saat mereka sudah berada dalam 3 element tadi, mereka akan mampu mewarnai bukan di warnai. 

Di usia 55 tahun ini juga kita harus bermuhassabah diri tentang apa yang sudah kita berikan untuk IMM, lalu apakah Pantas IMM memberikan rewards terhadap saya ? 

Selamat Milad 55 tahun IMM

Salam hormat

Al fakir
Laili Masruri