Saya kutip dari salah satu
postingan media social Instagram dengan judul “teori jeruk nipis”.
Bayangkan saat ini di
hadapan anda terdapat sebuah jeruk nipis yang terbelah dua, lalu peganglah
salah satunya lalu peraslah. Rasakan apa yang anda rasakan apa yang terjadi
dalam jiwa anda.
Apa yang terjadi.
Jika imajinasi fikiran
anda kuat maka saat ini anda sedang menlan ludah yang mendalam karena anda
merasakan rasa asam dari jiwa anda.
Teori di atas adalah
sebuah makna kehidupan yang sangat dalam yaitu tubuh manusia itu di rancang
untuk merespon apa yang di bayangkan dan fikirkan. Bayangkan, kita tidak pernah memegang jeruk nipis apalagi memeras jeruk nipis namun kita
merasakan ke asamannya.
Inilah hidup, manusia
cenderung mengatakan saya tidak bisa lebih dahulu dalam setiap proses kehidupan
sehingga sebelum mengetahui hasilnya kita cenderung menyerah dan tak mau
melanjutkan. Contoh sederhana adalah kita sering takut ketika di minta berbicara
untuk mengeluarkan pendapat ataupun bertanya sesuatu, padahal pertanyaan dan pendapat
anda adalah pertanyaan yang berbobot namun karena ketakutan anda pertanyaan berbobot
tersebut tidak jadi anda paparkan. Lalu di sisi lain ada sahabat atau lawan
bicara anda memiliki fikiran yang sama dan berani memaparkan fikiran anda yang sama tersebut, dan
akhirnya rekan anda mendapatkan apresiasi dari audience yang lain. Lalu yang ada
saat ini yang tersisa dari diri hanya penyesalan karena apa, karena anda akan beranggapan kenapa bukan aku yang memaparkan hal tersebut.
Sahabat, kita adalah tergantung
dari apa yang kita fikirkan bukankah dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman “Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba
pada-Ku.” (di riwayatkan Bukhari, juga Muslim Tirmidzi & Ibnu Majah). Maka ketakutan dan
kesulitan bukanlah orang lain yang membuatnya melainkan adalah kita melalui fikrian saya tidak bisa tadi.
Dalam beberapa moment penulis
sering bertanya apa yang membuat anda takut untuk berbicara di depan umum atau apa yang
membuat anda takut mengungkapkan pendapat, secara umum jawaban mereka adalah takut salah, malu, takut tidak di hargai, kurang
diksi, dan lainnya. Lalu penulis bertanya lagi bagaimana kali seandainay
ketika anda berbicara anda benar dan anda di harga orang terlebih anda di apresiasi
oleh orang lain apa yang akan anda rasakan serentak jawaban meraka adalah “SAYA
BANGGA”. Maka sahabat ketakutan dan fikrain tidak bisa itu sebenarnya tidak ada
namun anda sendiri yang tidak mau untuk berusaha menghancurkan ketidakbisaan
anda dengan berubah.
Kembali ke dalam teori
jeruk nipis dan riwayat hadist di atas yang anda perlukan hanyalah bagaimana
mendesign fikiran anda untuk berfikir positif dan membuang perkataan “saya tidak bisa” namun rubah menjadi “saya bisa dan saya mampu”
salam
@el_mas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar