BELAJAR MERASA



Pada Akhirnya ............semua akan menemukan yang namanya titik jenuh.............. Demikian, konon inilah pesan terkahir yang di utarakan oleh Alm. Ust. Jefri Al bukhori menjelang beliau di panggil oleh Allah SWT. Secara Kodratiah, penulis rasa manusia akan mengalami apa yang dinamakan titik jenuh dalam beberapa momentum di dalam hidupnya. Hal tersebut tidak bisa di pungkiri dalam kehidupan Manusia. Hidup adalah sebuah masalah, demikian pesan yang pernah di sampaiakan Guru SMA penulis ketika masih menginjak Sekolah Mengah Atas sekitar tahun 2011 Silam.

Berorganisasi adalah menyatukan banyak kepala dalam satu Frame fikiran yang diharapkan memiliki jalan sinap yang sama namun barangkali itu merupakan sesuatu yang tidak mudah. Dalam sebuah Bangunan Rumah tentu tidak semua di bangun menggunakan Semen saja atau menggunakan batu bata saja. Namun sebuah rumah yang megah di bangun menggunakan batu bata, semen, atap, kayu dan terlebih penting adalah pondasi. IYA Rumah tanpa pondasi yang kuat akan menjadi hal yang percuma ketika material bangunan sudah menjadi rumah namun rapuh di terpa angin karena tidak memiliki sebuah pondasi.

Apa hubungan antara pondasi Rumah dan Organisasi. Organisasi atau perkumpulanpun harus memiliki sebuah pondasi yang kokoh dimana hal tersebut ada yang di namakan “KOMITMEN”. Komitmen inilah yang nantinya akan menjadi sebuah pondasi yang kokoh untuk mengarungi badai dan kerikil yang menempa sebuah perkumpulan ini.
Sama halnya seperti membangun sebuah RUMAH ketika pondasi sudah coba di bangun tentu barangkali ketika pemsangan Batu Bata ada batu bata yang pecah, ada Kayu yang pecah karena terlalu besar pasak yang di tancapkan dalam kayu tersebut. Dalam perkumpulan atau organanisasi juga demikian, ada yang nantinya di dalam pengurus tersebut yang tidak menjalankan amanah sebagaimana mestinya dan juga ada yang menjalanakan amanah dengan terlalu tempramen dan banyak hal. Intinya hal-hal demikian dapat mengganggu stabilitas sebuah perkumpulan. Bagaimana mengurai masalah tersebut itulah apa yang penulis rasakan sebagai kemampuan untuk “belajar merasa”. Sebagai leader kita harus sering bertanya kepada diri kita sendiri mengapa pengurus berubah tidak seperti biasanya, contohnya awalnya dia yang memiliki ghirah yang kat namun belakangan hal tersebut perlahan luntur, seyogyanya seorang leader harus memunculkan sebuah pertanyaan “ADA APA ?” terlebih jika di awal menancapkan pondasi (komitmen) dulu ada hal yang di sepakati dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@templatesyard